April 16, 2014

Dari John Locke Hingga Nirvana

Ahh.. Akhirnya setelah sebulan tidak mengisi blog dengan tulisan-tulisan yang aneh versi saya. Walaupun tak ada yang mengunjungi blog saya, tapi masih saja saya eksis nulis. Biarin, nanti kalian juga akan tahu kalau saya memang aneh.

Dalam kehidupan yang fana ini, kenapa ya semua orang selalu "mosi tidak percaya" dengan semua orang. Apalagi para pengamat, analis, komentator. Saya heran pada saat skripsi seperti sekarang, kenapa dosen menuntut saya untuk mencari referensi sebanyak-banyaknya? Padahal saya punya cara pandang dan berpikir dengan akal yang saya miliki. Saat maju seminar dosen saya mengomentari dengan kalimat,"kamu dapat referensi dari mana? dasarmu apa?" Memangnya tidak boleh menelurkan pemikiran-pemikiran asli kita ke dalam skripsi kita sendiri? Kenapa? Lalu, pada saat awal ada yang namannya seorang ahli, mereka tahu dari mana? dasar mereka apa? dari kitab kah? wahyu kah? pengalaman kah? Kita semua tidak ada yang tahu. Tapi, para dosen membatasi pikiran saya untuk menulis apa yang saya pikir, lihat, dan lakukan. Bagaimana seorang John Locke bisa menemukan teori Tabula Rasa? Padahal teori tersebut sangat alamiah dalam kehidupan. Kita pasti semua tahu teori Tabula Rasa, di KBBI pun masuk kata tersebut. Tabula Rasa merupakan teori yang menyatakan setiap individu yang lahir seperti kertas putih/jiwa yang suci (baik dan buruk dipengaruhi oleh lingkungannya). Nah, semua orang juga tahu kan? Terus kok bisa John Locke menamai teori tersebut Tabula Rasa. Jangan tanyakan ke saya, tanya saja ke rumput yang bergoyang. Masih banyak lagi teori-teori dari para ahli, tapi saya malas menjabarkannya di sini.  Mereka enak banget ketika lahir diberi kebebasan berpikir sampai dapat menciptakan sebuah teori tanpa harus ditanya "referensimu dari mana? dasarmu apa? ahlinya siapa? penelitian terdahulu milik siapa?", hmmm.. hidup sekarang ini terasa ada banyak pseudo-despot berkeliaran yang ingin membatasi ruang berpikir saya. Bisa jadi kenapa saya jarang nulis di blog karena ada hal-hal tadi yang menggelantungi pikiran saya. Rata-rata mereka yang rajin menulis, selalu ada kutipan keren yang mendasari. Terkadang ada tulisan yang memiliki metafora yang indah, terkadang juga ada tulisan yang berbentuk rima hingga dapat membuat pembacanya menyeringai. Nah, kalau saya  tak ada referensi dan tak ada mood, saya malas menulis. Saya juga suka membaca, masalahnya moody dan picky.


Lanjut nih ke alinea ke-2? Masih mau baca kan? Oke, makasih. Sekarang dalam bermusik, pasti kalau kalian anak band, musisi, penyanyi, dan sebagainya pasti pernah ditanya,"influence-mu siapa? band apa?". Kenapa harus begitu ya? Para pendahulu pertama kali bisa menciptakan nada, lalu pas bermusik influence-nya siapa ya? Aneh kan? Saya saja juga bingung dengan hal itu. Makanya saya mau mengajak kalian untuk ikut bingung ketika membaca tulisan saya ini. Dalam musik juga ada alirannya setali tiga uang dengan menulis, aliran musik yang populer ada rock, blues, jazz, pop, ska, funk, metal, dan lain-lain. Setelah munculnya aliran-aliran musik yang populer itu, kenapa muncul sub-sub genre? Bikin bingung lagi kan? Siapa lagi yang nemuin dan nyiptain sub-sub genre itu? Dunia ini memang dipenuhi oleh teka-teki kalau kita terlalu memikirkan hal-hal kecil, seperti yang saya lakukan sekarang ini. Sub-genre yang fenomenal menurut saya adalah kemunculannya sub-genre dari Alternative Rock yang bernama aliran musik Grunge. Padahal setahu saya Alternative Rock itu sub-genre dari Rock, eh ini jadi sub-genre lagi, jadi makin pusing kepala saya. Musik Grunge dipopulerkan oleh Nirvana dan Pearl Jam, kalian pasti juga sudah tahu. Bagaimana menurutmu? Mereka punya influence menurutmu? Saya pun tak tahu hal itu. Seiring berjalannya waktu bermunculan para pengamat musik, mereka bisa menafsirkan band ini beraliran apa dan influence-nya siapa. Padahal menurut saya yang tahu aliran musik sebuah band ya personil band itu sendiri. Intinya, saya risih kalau bermusik ditanya ini itu oleh seseorang.


Masih banyak sebenarnya yang masih saya risaukan. Namun, apa daya, saya kasihan sama kalian yang capek-capek membaca tulisan yang absurd ini. Saya tidak memberi solusi dan jawaban di tulisan ini, saya hanya mengungkapkan curahan hati dan pikiran saya saja. Mohon maaf kalau mengganggu waktu kalian. Saya tak bisa menggantikan menit demi menit yang kalian buang untuk membaca tulisan ini. Jadi, sampai di sini saja ya tulisan saya. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada kalian yang berkenan untuk mengunjungi dan membaca. Tulisan ini pakai EYD lho, saya ingin jadi purist sepertinya. Hahahahahahaha :)


Warm Regards,


Bhagas Dani Purwoko (@BhagasDani

2 komentar:

Adib mengatakan...

Landasan berfikir emang penting,namun bila selalu berhubungan dengan teori yg ada maka tidak akan muncul Inovasi :D
saya juga lagi skripsi :D

Bhagas Dani Purwoko mengatakan...

Memang hidup ini terlalu pelik untuk dijalani *loh :))
Hehe I feel you :D

Posting Komentar

 
;